Cari Blog Ini

Minggu, 18 November 2012

Kriteria Umum Design Pondasi Tower Transmisi Listrik

Kriteria Umum Design Pondasi Tower Transmisi Listrik


Pondasi tower transmisi harus direncanakan dengan kriteria sbb : 
a.       Semua pondasi tower harus didesain terhadap gaya uplift, compression dan horizontal berdasarkan factor keamanan yang disyaratkan.

b.       Semua pondasi harus didesain berdasarkan parameter dari laporan soil investigasi.

c.       Pelaksana dalam men-disain pondasi harus dapat menghindari daerah rawan longsor, sehingga posisi pondasi benar-benar stabil dan terhindar dari daerah rawan longsor.

Khusus untuk pondasi yang mengalami gaya uplift akibat tower yang mengalami uplift, maka pondasi harus  diperhitungkan stabilitas terhadap uplift tersebut :
a.       pondasi dangkal :     Gaya uplift harus diperhitungkan terhadap berat tanah, berat beton bertulang.
b.       pondasi dalam :       Gaya uplift harus diperhitungkan terhadap berat tanah, berat beton bertulang dan gaya friksi dari pile.

c.     minimum factor keamanan dalam perhitungan terhadap :
                      - guling                  : 1.50
                      - geser                   : 1.50
                      - up lift                  : 2.00
                      - daya dukung       : 3.00
                      Untuk pondasi dalam (bor pile/tiang pancang) : - Perlawanan ujung : 3
                                                                                                    - Perlawanan lekat  : 5

            d.       Untuk perhitungan struktur beton bertulang factor disain struktur dipakai : 1.20
         
          f.       Dalam melakukan desain pondasi, Designer harus meninjau terhadap beban konduktor yang digunakan.

g.       Mutu baja yang digunakan sebagai berikut :
- untuk Ø < 13 mm dipakai baja polos BJTD – 24.
- untuk Ø > 13 mm dipakai baja ulir     BJTP – 35.

h.       Mutu beton yang digunakan sebagai berikut :
- K 225   : digunakan untuk pondasi pad and chimney, pile caps dan bor pile
                                 - K 500     : digunakan untuk pile dengan system prestress

i.        Jenis kayu yang digunakan untuk tiang pancang adalah kayu galam.

j.        Jika digunakan pondasi dalam dari beton dapat digunakan bore pile atau tiang pancang.

k.       Penggunaan mesin pancang sesuai dengan jenis tiang pancang yang akan digunakan.
                                
Dalam mendisain pondasi harus diperhitungkan adanya gaya kompresi, up lift dan gaya horizontal ( lateral ) dan gaya gempa sesuai zona gempa.

bersambung......

Referensi : Dokumen kontrak pekerjaan transmisi  ,SNI, dan standar peraturan lainya.

          
 

Selasa, 12 Juni 2012

Kriteria Untuk Tower Spotting Dalam Disain Jalur Transmisi 150 KV


1.        Basic Span : 350 m                                                                      
Bentang yang digunakan dalam mengoptimasi desain seluruh dimensi tower standar +0 m ( ukuran geometri dan ukuran batang). Berat total tower pada jalur dengan medan datar akan minimum apabila bentang antara tower tidak lebih 350 m . Tinggi tower dan tarikan maksimum kawat dihitung berdasarkan bentang ini. Basic span ini dapat digunakan untuk membuat sag templete sementara dalam memperkirakan penempatan tower

2.        Rulling Span                                                                                
Bentang yang digunakan untuk menghitung andongan final pada jalur transmisi (final sag templete) dimana tarikan kawat yang dihasilkan merupakan tarikan rata2 dengan perbedaan tarikan antara bentang sepanjang jalur paling kecil.
Besarnya tarikan maksimum yang dihasilkan dari rulling span tidak diperbolehkan melampaui tarikan maksimum yang dihitung dengan basic span. Besarnya rulling span ini berbeda untuk setiap jalur transmisi dann dihitung dengan persamaan sbb :
Rulling Span = √(Li3/Li)

Dengan Li adalah bentang – bentang tower diantara dua dead end tower atau tension tower.
Rulling span untuk suatu jalur transmisi dapat dibagi menjadi beberapa seksi diantara setiap dua atau lebih tower tension sehingga rulling span untuk setuap seksi tersebut tidak saling bergantungan satu sama lain.

3.        Weight Span ≤ 700 m                                                                 
Bentang diantara dua andongan terendah kawat dari dua bentang tower yang bersebelahan . Bentang berat ini digunakan untuk menghitung beban vertikal tower akibat berat kawat dan akibat tekanan angin dalam mendesain ukuran batang tower. Besarnya bentang berat ini ditentukan untuk memperhitungkan kemungkinan bentang di lapangan yang melampaui basic span.


 




4.        Wind Span ≤ 500 m                                                                    
Bentang diantara dua pertengahan bentang yang bersebelahan. Bentang angin ini digunakan untuk menghitung beban horizontal pada kawat akibat tekanan angin dan digunakan dalam menentukan ukuran batang tower. Besarnya bentang angin ini ditetapkan dengan memperhitungkan kemungkinan bentang di lapangan yang melampaui basic span.
 
  
5.        Ratio Weight Span to Wind Span                                             
Besarnya nisbah bentang berat terhadap bentang angin ini adalah ≥ 0.5 dan ≤ 1.5 . Hal ini digunakan untuk menghindari terjadinya tower yang menerima beban vertikal (gravitasi) yang melampaui besaran yang digunakan dalam atau beban vertikal angkat (up-lift) yang tidak diperhitungkan dalam desain pada umumnya.
Beban gravitasi berlebihan tersebut dapat terjadi pada kondisi tower tengah berada di puncak bukit sedangkan dua tower bersebelahan terletak di lembah. Sedangakan tower dapat menerima beban angkat (up-lift) apabila tower berada pada lembah sedangkan kedua tower yang bersebelahan berada di puncak bukit.

6.        Maximum Span
Bentang antara tower di lapangan dapat lebih besar atau lebih kecil dari basic span tergantung dari kondisi medannya . Bentang tunggal maksimum yang diperbolehkan tanpa merubah kelas/tipe tower adalah 1.7 x basic span yaitu 595 m. Sedangkan bentang maksimum untuk beberapa bentang yang bersebelahan atau berurutan dapat mencapai sama dengan bentang anginnya yaitu 500 m.
Apabila bentang maksimum ini terlampaui , maka tower harus didesain secara khusus.

7.        Ground Clearence
Jarak bebas vertikal (ground clearence) sepanjang rencana  jalur transmisi bervariasi sesuai dengan fungsi lahan yang dilalui jalur tersebut. Besarnya jarak bebas vertikal ini ditentukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku (SNI atau peraturan lainnya ).
Untuk fungsi lahan tertentu, maka diambil jarak bebas vertikal sbb :
-          Daerah terbuka ,jalan raya kebupaten dan dibawahnya , jalan kereta api = 9 m
-          Jalan raya tol, negara dan propinsi = 15 m
-          Daerah pemukiman dan perkotaan = 15 m dengan pertimbangan tinggi rumah dua lantai adalah 10 m dan clearence sebesar 5 m.
Sedangkan untuk daerah khusus seperti hutan lindung , penyeberangan sungai, danau ,laut, jalan tol, perkebunan,dll ditentukan berdasarkan peraturan atau izin yang dikeluarkan dari insstansi yang berwenang.

8.        Sag Template
Profil andongan kawat dalam potongan memanjang jalur transmisi (line profile) digambarkan untuk dua kondisi ekstrim.. Kondisi pertama yaitu dimana temperatur operasi kawat maksimum (andongan kawat maksimum) tanpa tekanan angin yang disebut kurva panas. Konisi kedua adalah pada temperatur kawat minimum dengan tekanan angin maksimum (tarikan kawat maksimum) yang disebut sebagai kurva dingin.
Persamaan kurva yang digunakan adalah persamaan parabola sbb :
Y = WX2 / 2H
Y : andongan kawat (m).
X : bentang kawat dari titik andongan terendahnya dengan bentang maksimum sebaiknya diambil sebesar 500 m.
W : berat kawat untuk kurva panas atau resultante berat kawat dan tekanan angin untuk kurva dingin (kg/m).
H : tarikan arah horizontal kawat pada temperatur operasi maksimum untuk kurva panas atau pada temperatur kawat minimum yang dihitung berdasarkan rulling span .

9.        Persyaratan
Dalam melakukan desain jalur transmisi, seluruh kriteria kecuali butir 1, 2, dan 7 tersebut diatas harus dipenuhi secara simultan. Apabila salah satu kriteria tidak dipenuhi tetapi tidak terlalu besar perbedaannya , maka kelas tower dapat ditingkatkan . Namun apabila perbedaannya cukup besar , maka diperlukan tower dengan disein khusus ata diperlukan pemeriksaan lebih terinci.

10.    Rekomendasi khusus
Dalam melakukan disein jalur transmisi sebaiknya dihindari sedapat mungkin jalur yang melalui daerah pemukiman padat penduduk, hutan lindung, cagar alam, cagar budaya, daerah rawan longsor atau labil atau daerah potensi bencana lainnya, penyeberangan air dan daerah khusus lainnya yang memerlukan ijin khusus.
Isolator set ganda harus dipasang pada kedua tower untuk jalur transmisi yang melintasi jalan raya, jalan kereta api, penyeberanagn air, dan daerah penting lainnya.
Tower yang berada pada kedua ujung jalur yang melintasi jalan tol sebaiknya diletakkan sejauh lebih kurang 50 m dari kedua sisi jalan tol.


*contoh analisa tower spotting beserta perhitungannya lagi disiapin tulisannya nich....^_^ v