Kriteria Untuk Tower Spotting Dalam Disain Jalur Transmisi 150 KV
1.
Basic Span : 350 m
Bentang yang
digunakan dalam mengoptimasi desain seluruh dimensi tower standar +0 m ( ukuran
geometri dan ukuran batang). Berat total tower pada jalur dengan medan datar
akan minimum apabila bentang antara tower tidak lebih 350 m . Tinggi tower dan
tarikan maksimum kawat dihitung berdasarkan bentang ini. Basic span ini dapat
digunakan untuk membuat sag templete sementara dalam memperkirakan penempatan
tower
2.
Rulling Span
Bentang yang
digunakan untuk menghitung andongan final pada jalur transmisi (final sag
templete) dimana tarikan kawat yang dihasilkan merupakan tarikan rata2 dengan
perbedaan tarikan antara bentang sepanjang jalur paling kecil.
Besarnya
tarikan maksimum yang dihasilkan dari rulling span tidak diperbolehkan
melampaui tarikan maksimum yang dihitung dengan basic span. Besarnya rulling
span ini berbeda untuk setiap jalur transmisi dann dihitung dengan persamaan
sbb :
Rulling Span = √(∑Li3/∑Li)
Dengan Li
adalah bentang – bentang tower diantara dua dead end tower atau tension tower.
Rulling span
untuk suatu jalur transmisi dapat dibagi menjadi beberapa seksi diantara setiap
dua atau lebih tower tension sehingga rulling span untuk setuap seksi tersebut
tidak saling bergantungan satu sama lain.
3.
Weight Span ≤ 700 m
Bentang
diantara dua andongan terendah kawat dari dua bentang tower yang bersebelahan .
Bentang berat ini digunakan untuk menghitung beban vertikal tower akibat berat
kawat dan akibat tekanan angin dalam mendesain ukuran batang tower. Besarnya
bentang berat ini ditentukan untuk memperhitungkan kemungkinan bentang di
lapangan yang melampaui basic span.
4.
Wind Span ≤ 500 m
Bentang
diantara dua pertengahan bentang yang bersebelahan. Bentang angin ini digunakan
untuk menghitung beban horizontal pada kawat akibat tekanan angin dan digunakan
dalam menentukan ukuran batang tower. Besarnya bentang angin ini ditetapkan
dengan memperhitungkan kemungkinan bentang di lapangan yang melampaui basic
span.
5.
Ratio Weight Span to Wind Span
Besarnya
nisbah bentang berat terhadap bentang angin ini adalah ≥ 0.5 dan ≤ 1.5 . Hal
ini digunakan untuk menghindari terjadinya tower yang menerima beban vertikal
(gravitasi) yang melampaui besaran yang digunakan dalam atau beban vertikal
angkat (up-lift) yang tidak diperhitungkan dalam desain pada umumnya.
Beban gravitasi
berlebihan tersebut dapat terjadi pada kondisi tower tengah berada di puncak
bukit sedangkan dua tower bersebelahan terletak di lembah. Sedangakan tower
dapat menerima beban angkat (up-lift) apabila tower berada pada lembah
sedangkan kedua tower yang bersebelahan berada di puncak bukit.
6.
Maximum Span
Bentang antara
tower di lapangan dapat lebih besar atau lebih kecil dari basic span tergantung
dari kondisi medannya . Bentang tunggal maksimum yang diperbolehkan tanpa
merubah kelas/tipe tower adalah 1.7 x basic span yaitu 595 m. Sedangkan bentang
maksimum untuk beberapa bentang yang bersebelahan atau berurutan dapat mencapai
sama dengan bentang anginnya yaitu 500 m.
Apabila
bentang maksimum ini terlampaui , maka tower harus didesain secara khusus.
7.
Ground Clearence
Jarak bebas
vertikal (ground clearence) sepanjang rencana
jalur transmisi bervariasi sesuai dengan fungsi lahan yang dilalui jalur
tersebut. Besarnya jarak bebas vertikal ini ditentukan berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku (SNI atau peraturan lainnya ).
Untuk fungsi
lahan tertentu, maka diambil jarak bebas vertikal sbb :
-
Daerah
terbuka ,jalan raya kebupaten dan dibawahnya , jalan kereta api = 9 m
-
Jalan
raya tol, negara dan propinsi = 15 m
-
Daerah
pemukiman dan perkotaan = 15 m dengan pertimbangan tinggi rumah dua lantai
adalah 10 m dan clearence sebesar 5 m.
Sedangkan
untuk daerah khusus seperti hutan lindung , penyeberangan sungai, danau ,laut,
jalan tol, perkebunan,dll ditentukan berdasarkan peraturan atau izin yang
dikeluarkan dari insstansi yang berwenang.
8.
Sag Template
Profil
andongan kawat dalam potongan memanjang jalur transmisi (line profile)
digambarkan untuk dua kondisi ekstrim.. Kondisi pertama yaitu dimana temperatur
operasi kawat maksimum (andongan kawat maksimum) tanpa tekanan angin yang
disebut kurva panas. Konisi kedua adalah pada temperatur kawat minimum dengan
tekanan angin maksimum (tarikan kawat maksimum) yang disebut sebagai kurva
dingin.
Persamaan
kurva yang digunakan adalah persamaan parabola sbb :
Y = WX2 / 2H
Y : andongan
kawat (m).
X : bentang
kawat dari titik andongan terendahnya dengan bentang maksimum sebaiknya diambil
sebesar 500 m.
W : berat
kawat untuk kurva panas atau resultante berat kawat dan tekanan angin untuk
kurva dingin (kg/m).
H : tarikan
arah horizontal kawat pada temperatur operasi maksimum untuk kurva panas atau
pada temperatur kawat minimum yang dihitung berdasarkan rulling span .
9.
Persyaratan
Dalam
melakukan desain jalur transmisi, seluruh kriteria kecuali butir 1, 2, dan 7
tersebut diatas harus dipenuhi secara simultan. Apabila salah satu kriteria
tidak dipenuhi tetapi tidak terlalu besar perbedaannya , maka kelas tower dapat
ditingkatkan . Namun apabila perbedaannya cukup besar , maka diperlukan tower
dengan disein khusus ata diperlukan pemeriksaan lebih terinci.
10. Rekomendasi
khusus
Dalam
melakukan disein jalur transmisi sebaiknya dihindari sedapat mungkin jalur yang
melalui daerah pemukiman padat penduduk, hutan lindung, cagar alam, cagar
budaya, daerah rawan longsor atau labil atau daerah potensi bencana lainnya, penyeberangan
air dan daerah khusus lainnya yang memerlukan ijin khusus.
Isolator set
ganda harus dipasang pada kedua tower untuk jalur transmisi yang melintasi
jalan raya, jalan kereta api, penyeberanagn air, dan daerah penting lainnya.
Tower yang
berada pada kedua ujung jalur yang melintasi jalan tol sebaiknya diletakkan
sejauh lebih kurang 50 m dari kedua sisi jalan tol.
*contoh analisa tower spotting beserta
perhitungannya lagi disiapin tulisannya nich....^_^ v